DAFTAR PUISI WAJIB DAN PILIHAN UNTUK NPC
Assalammuallaikum wr wb
SALAM BUDAYA !!!!
Pada kesempatan kali ini kami selaku Panitia NPC memberitahukan kepada para peserta tentang Puisi Wajib dan Pilihan yang harus bawakan saat NPC berlangsung. Berikut daftar puisi wajib dan pilihan yang harus di bawakan :
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
Luka ngucap dalam badan
Kau telah membawaku ke atas bukit ke atas karang ke atas gunung
Ke bintang bintang
Lalat-lalat menggali perigi dalam dagingku
Untuk kuburmu alina
Untuk kuburmu alina
Aku menggali gali dalam diri
Raja dalam darah mengaliri sungai-sungai mengibarkan bendera hitam
Menyeka matahari membujuk bulan
Teguk tangismu alina
Sungai pergi ke laut membawa kubur-kubur
Laut pergi ke awan membawa kubur-kubur
Awan pergi ke hujan membawa kubur-kubur
Hujan pergi ke akar ke pohon ke bunga-bunga
Membawa kuburmu alina
Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Berikan degup jantungmu
Otot-otot dan derap langkahmu
Biar ku terjang pintu-pintu terkunci itu
Dan mendobraknya atas namamu
Terlalu pengap
Udara yang tak tertiup
Dari rahimmu
Jantungku hampir tumpas
Karena racunnya
( matahari yang kita tunggu
Akhirnya bersinar juga
Di langit kita )
SALAM BUDAYA !!!!
Pada kesempatan kali ini kami selaku Panitia NPC memberitahukan kepada para peserta tentang Puisi Wajib dan Pilihan yang harus bawakan saat NPC berlangsung. Berikut daftar puisi wajib dan pilihan yang harus di bawakan :
- PUISI BABAK PENYISIHAN
(Pilih
salahsatu yang dibacakan)
MONGINSIDI
Karya : Subagio Sastrowardoyo
Aku adalah dia yang dibesarkan dengan dongeng di dada bunda
Aku adalah dia yang takut gerak bayang di malam gelam
Aku adalah dia yang meniru bapak mengisap pipa dekat meja
Aku adalah dia yang mengangankan jadi seniman melukis keindahan
Aku adalah dia yang menangis terharu mendengar lagu merdeka
Aku adalah dia yang turut dengan barisan pemberontak kegaris pertempuran
Aku adalah dia yang memimpin pasukan gerilya membebaskan kota
Aku adalah dia yang disanjung kawan sebagai pahlawan bangsa
Aku adalah dia yang terperangkap siasat musuh karena pengkianatan
Aku adalah dia yang digiring sebagai hewan di muka regu eksekusi
Aku adalah dia yang berteriak 'merdeka' sebelum ditembak mati
Aku adalah dia, ingat, aku adalah dia
Karya : Subagio Sastrowardoyo
Aku adalah dia yang dibesarkan dengan dongeng di dada bunda
Aku adalah dia yang takut gerak bayang di malam gelam
Aku adalah dia yang meniru bapak mengisap pipa dekat meja
Aku adalah dia yang mengangankan jadi seniman melukis keindahan
Aku adalah dia yang menangis terharu mendengar lagu merdeka
Aku adalah dia yang turut dengan barisan pemberontak kegaris pertempuran
Aku adalah dia yang memimpin pasukan gerilya membebaskan kota
Aku adalah dia yang disanjung kawan sebagai pahlawan bangsa
Aku adalah dia yang terperangkap siasat musuh karena pengkianatan
Aku adalah dia yang digiring sebagai hewan di muka regu eksekusi
Aku adalah dia yang berteriak 'merdeka' sebelum ditembak mati
Aku adalah dia, ingat, aku adalah dia
AKU
Karya
: Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bias kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bias kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
DIPONEGORO
Karya
: Chairil Anwar
Di
masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bias mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bias mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
PERSETUJUAN
DENGAN BUNG KARNO
Karya
:Chairil Anwar
Ayo !
Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah
cukup lama dengan bicaramu
Dipanggang
di atas apimu, digarami lautmu
Dari
mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah
kedepan berada rapat di sisimu
Aku sekarang
api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
PADA SUATU HARI NANTI
Karya
:Sapardi Djoko
Damono
Pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi…
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri…
jasadku tak akan ada lagi…
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri…
Pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi…
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati…
suaraku tak terdengar lagi…
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati…
Pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi…
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari…
impianku pun tak dikenal lagi…
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari…
PERJALANAN
KUBUR
Karya :Sutardji Calzoum Bachri
Luka ngucap dalam badan
Kau telah membawaku ke atas bukit ke atas karang ke atas gunung
Ke bintang bintang
Lalat-lalat menggali perigi dalam dagingku
Untuk kuburmu alina
Untuk kuburmu alina
Aku menggali gali dalam diri
Raja dalam darah mengaliri sungai-sungai mengibarkan bendera hitam
Menyeka matahari membujuk bulan
Teguk tangismu alina
Sungai pergi ke laut membawa kubur-kubur
Laut pergi ke awan membawa kubur-kubur
Awan pergi ke hujan membawa kubur-kubur
Hujan pergi ke akar ke pohon ke bunga-bunga
Membawa kuburmu alina
- PUISI BABAK FINAL
(Puisi
wajib dibacakan saat babak final)
NYANYIAN
KEMERDEKAAN
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda
Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
di antara pahit-manisnya isi dunia
akankah kau biarkan aku duduk berduka
memandang saudaraku, bunda tercintaku dipasung orang asing itu?
mulutnya yang kelu
tak mampu lagi menyebut namamu
Berabad-abad kau terlelap
Bagai laut kau kehilangan ombak
Burung-burung yang semula
Bebas di hutannya
Digiring ke sangkar-sangkar
Tak bebas mengucapkan kicaunya
Hanya kau yang kupilih
Darah dan degup jantungmu
Hanya kau yang kupilih
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Orang asing itu berabad-abad
Memujamu di negrinya
Namun di negriku
Mereka berikan belengu-belenggu
di antara pahit-manisnya isi dunia
akankah kau biarkan aku duduk berduka
memandang saudaraku, bunda tercintaku dipasung orang asing itu?
mulutnya yang kelu
tak mampu lagi menyebut namamu
Berabad-abad kau terlelap
Bagai laut kau kehilangan ombak
Burung-burung yang semula
Bebas di hutannya
Digiring ke sangkar-sangkar
Tak bebas mengucapkan kicaunya
Hanya kau yang kupilih
Darah dan degup jantungmu
Hanya kau yang kupilih
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Orang asing itu berabad-abad
Memujamu di negrinya
Namun di negriku
Mereka berikan belengu-belenggu
Maka bangkitlah Sutomo
Bangkitlah Wahidin Sudirohusodo
Bangkitlah Ki Hajar Dewantara
Bangkitlah semua dada yang terluka
Bangkitlah Wahidin Sudirohusodo
Bangkitlah Ki Hajar Dewantara
Bangkitlah semua dada yang terluka
Bergenggam tanganlah dengan saudaramu
Eratkan genggaman tangan itu atas namaku
Kekuatan yang memancar dari genggaman itu –
Suaramu sayup di udara
Membangunkanku dari mimpi siang yang celaka
Kekuatan yang memancar dari genggaman itu –
Suaramu sayup di udara
Membangunkanku dari mimpi siang yang celaka
Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Berikan degup jantungmu
Otot-otot dan derap langkahmu
Biar ku terjang pintu-pintu terkunci itu
Dan mendobraknya atas namamu
Terlalu pengap
Udara yang tak tertiup
Dari rahimmu
Jantungku hampir tumpas
Karena racunnya
( matahari yang kita tunggu
Akhirnya bersinar juga
Di langit kita )
Sekian pemberitauan dari kami selaku panitia
Wassalammuallaikum wr wb
SALAM BUDAYA !!!